- Back to Home »
- PENGAMATAN SPORA / BIJI POLLEN TUMBUHAN BERBIJI
Posted by : Unknown
Minggu, 26 Mei 2013
PENGAMATAN SPORA /
BIJI POLLEN TUMBUHAN BERBIJI
Tujuan : untuk mengamati dan melihat preparat pollen dari Tumbuhan Berbiji
Alat dan Bahan :
1. pipet
tetes,
2. botol
sampel,
3. objek
gelas,
4. dek gelas,
5. sentrifuse,
6. waterbath,
7. pinset,
8. bunsen,
9. gegep,
10. mikroskop,
11. Tabung cuvet dan
12. tabung
reaksi.
Cara Kerja :
Prosedur Cara kerja
dari percobaan ini adalah:
1. Menyediakan
semua alat-alat yang akan digunakan di laboratorium dan membuat larutan-larutan
yang diperlukan.
2. Melakukan
fiksasi dengan merendam serbuk sari dengan menggunakan asam asetat glasial
sebanyak beberapa tetes pada botol sampel selama 24 jam.
3. Setelah 24
jam, rendaman pollen dipindahkan ke tabung cuvet kemudian mensentrifuse serbuk
sari selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
4. Melakukan
pemanasan dengan menggunakan asam sulfat (H2SO4) pekat dengan asam asetat
glasial dengan perbandingan 1 : 9, diamkan 2 menit.
5. Kemudian
memanaskan pollen ke dalam water bath hingga mendidih selama 5 menit
selanjutnya mensentrifuse selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
6. Melakukan
pencucian sebanyak 2x dengan menggunakan aquades 5 ml kemudian disentrifuse selama
10 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
7. Melakukan
pewarnaan dengan menggunakan methylene blue dan aquades, kemudian disentrifuse
selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm.
8. Melakukan
penutupan yaitu mengambil serbuk sari dengan menggunakan pinset, kemudian
meletakkan serbuk sari pada preparat.
9. Menaruh
potongan parafin kecil pada tiap sudut objek gelas serta meneteskan gliserin di
atas pollen kemudian melidahapikan preparat diatas bunsen agar parafin mencair.
10. Memberi label
pada preparat.
11. Melakukan
pengamatan dibawah mikroskop untuk melihat bagian – bagian pollen.
Hasil Pengamatan :
Fiksasi Asam asetat glasial ,
selama 24 jam.
Sentrifuse, kecepatan 2000 rpm, selama 10 menit
Asetolisis H2SO4 pekat + asam asetat glasial , selama 2 menit
1 : 9
Pemanasan Water bath, selama 5
menit
Sentrifuse, kecepatan 2000 rpm, selama 10 menit
Pencucian Aquades 5 ml, sebanyak 2 kali
Sentrifuse, kecepatan 2000 rpm, selama 10 menit
Pewarnaan Methylene blue +
aquades
Sentrifuse, kecepatan 2000 rpm, selama 10 menit
Penutupan Objek gelas, pollen,
gliserin, paraffin dan dek gelas
Labelling Kertas label
Pengamatan Mikroskop
1
IV.1.2 Gambar
Preparat
3
2
4
7
6
5
Keterangan:
objek gelas
Kepala sari
(anthera)
Dek gelas
Label
Eksin (lapisan
luar)
duri
Intin (lapisan
dalam)
Pembahasan
Percobaan kali ini kami membuat dan mengamati preparat
serbuk sari dari bunga kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis dengan menggunakan
metode asetolisis. Bagian serbuk sari bunga kembang sepatu Hibiscus
rosa-sinensis diambil, kemudian direndam
ke dalam larutan fiksatif yaitu asam asetat glasial selama 24 jam. Perendaman dengan asam aseta glasial
bertujuan untuk melunakkan sel.
Setelah fiksasi minimal 24 jam, selanjutnya serbuk sari
disentrifuse dengan kecepatan 2000 rpm selama 10 menit. Tujuan dari sentrifus
ini adalah memisahkan serbuk sari dan asam asetat glasial, karena serbuk sari
berukuran kecil dan bercampur dengan asam asetat glasial sehingga serbuk sari
susah untuk diambil, maka diperlukan sentrifus. Dari hasil sentrifus ini akan
terbentuk supernatan asam asetat dan endapan serbuk sari. Asam asetat kemudian
dibuang, sehingga didapatkan serbuk sari yang mengendap di dasar tabung cuvet
saja.
Pollen kemudian direndam dalam larutan campuran H2SO4 pekat
dan asam asetat glasial dengan perbandingan 1 : 9 pada tabung cuvet yang berisi
endapan serbuk sari. Penambahan larutan diikuti dengan pemanasan campuran
larutan tersebut di dalam waterbath. Pemanasan ini dilakukan hingga air dalam
penangas mendidih. Pemanasan larutan ini bertujuan untuk mempercepat terjadinya
reaksi yang terjadi pada serbuk sari. Sedangkan penambahan H2SO4 dan asam
asetat glasial dengan perbandingan 1:9 ini berfungsi untuk untuk melisiskan
selulosa pada dinding serbuk sari (asetolisis), sehingga setelah dibuat
preparat, morfologi eksin serbuk sari akan terlihat lebih jelas dibandingkan
dengan sebelum asetolisis. Selain itu, asetolisis ini juga berfungsi seperti
proses fiksasi, yaitu memelihara atau mempertahankan struktur dari serbuk sari.
Serbuk sari dalam larutan akan berubah warna menjadi agak
kecoklatan setelah pemanasan. Serbuk sari dan larutan yang dipanaskan ini
kemudian didinginkan sejenak. Setelah dingin, serbuk sari kembali disentrifuse
selama 10 menit dan dengan kecepatan 2000 rpm untuk mendapatkan serbuk sari
yang telah terasetolisis, memisahkannya dari larutan asam asetat glasial dan
H2SO4 pekat. Hasil dari sentrifuse ini adalah supernatan di bagian atas tabung
cuvet, yaitu larutan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat serta endapan di
dasar tabung, yaitu serbuk sari yang telah terasetolisis. Supernatan kemudian
dibuang secara hati-hati agar serbuk sari yang sudah mengendap tidak menyebar
kembali kedalam larutan dan ikut terbuang.
Serbuk sari lalu dicuci dengan aquades sebanyak dua kali.
Pencucian dilakukan dengan penambahan aquades ke dalam tabung cuvet yang berisi
serbuk sari kemudian melakukan sentrifuse untuk mendapatkan serbuk sari yang
sudah bersih. Perlakuan tersebut dilakukan dua kali untuk mendapatkan serbuk
sari yang bersih tanpa ada sisa zat kimia seperti fiksatif dalam serbuk sari
yang akan dibuat preparat.
Setelah pencucian, serbuk sari kemudian diwarnai dengan
menggunakan methylene blue. Tujuan utama dari pewarnaan adalah untuk
meningkatkan kontras warna serbuk sari dengan sekitarnya sehingga memudahkan
dalam pengamatan serbuk sari dari bawah mikroskop. Pewarnaan dapat memperjelas
bentuk ornamen dinding sel serbuk sari serta mempermudah mengetahui ukuran
serbuk sari. Dalam proses pewarnaan, methylene blue dilarutkan dalam sedikit
aquades, hal ini masih dilakukan dalam tabung cuvet. Setelah pewarnaan serbuk
sari, kemudian dilakukan sentrifuse kembali yang ditujukan untuk mendapatkan
serbuk sari yang terwarnai dengan memisahkannya dengan larutan pewarna dan
aquades. Sentrifuse dilakukan selama 10 menit dan dengan kecepatan 2000 rpm.
Hasil dari sentriufuse adalah supernatan berupa larutan pewarna dan aquadest
yang selanjutnya dibuang dan endapan berupa serbuk sari di dasar tabung yang
selanjutnya digunakan untuk pembuatan preparat serbuk sari.
Langkah selanjutnya setelah pewarnaan adalah mounting.
Serbuk sari diambil dari dasar tabung cuvet kemudian diletakkan pada salah satu
sisi objek gelas. Kemudian, di masing-masing sisi dari serbuk sari yang
diletakkan empat potongan kecil parafin. Selanjutnya di atas serbuk sari ditetesi
gliserin lalu ditutupi dengan dek gelas di atas gliserin dan parafin, kemudian
dilidahapikan diatas bunsen. Pemanasan ditujukan untuk mencairkan parafin dan
gliserin agar dapat menutup serbuk sari, sehingga menghasilkan preparat serbuk
sari yang tahan dalam selang beberapa waktu. Pemanasan ini dilakukan secara
hati-hati dan tidak boleh terlalu lama agar diperoleh preparat yang baik,
karena kalau terlalu lama saat pemanasan, akan timbul gelembung dalam preparat
akibat dari mendidihnya gliserin di atas api. Hal ini akan mengganggu
pengamatan serbuk sari dari preparat yang dihasilkan. Selanjutnya preparat
kemudian diberi label menggunakan kertas label, kemudian diamati di bawah
mikroskop.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, pollen bunga
kembang sepatu Hibiscus rosasinensis berbentuk bulat dan dilengkapi spina atau
duri-duri disekelilingnya. Dinding serbuk sari terdiri dari dua lapisan, yaitu
eksin (lapisan luar) tersusun atas
sporopolenin, dan intin (lapisan dalam) yang tersusun atas selulosa.
Pollen terdiri atas ;
1. Intin, dari intin inilah dilepas
enzim serta prekursor enzim pada apertura butir pollen.
2. Eksin, merupakan
bagian paling luar yang berdiferensiasi menjadi neksin dan seksin.
3. Apertura
merupakan tempat pertumbuhan serbuk sari pada masa perkecambahan.
4. Fillus
merupakan rambut-ramput halus.
Perbedaan
antara pollen monokotil dan dikotil antara lain :
1. Butir pollen monokotil umumnya lonjong dibandingkan
dikotil.
2. Pada monokotil butir pollen tetrad tunggal yang biasaanya
tersusun dalam satu bidang, sedangkan
dikotil susunannya biasaanya tetrahedral.